GUBERNUR JENDRAL V.O.C.
1609 – 1614 Pieter Both (? – 1615)
1614 – 1615 Gerard Reynst (?– 1615)
1615 – 1619 Laurens Reael (1583 – 1637)
1619 – 1623 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1629)
1623 – 1627 Pieter de Carpentier (1588 – 1659)
1627 – 1629 Jan Pieterszoon Coen (1587 – 1630)
1629 – 1632 Jacques Specx (1588 – ?)
1632 – 1636 Hendrik Brauwer (1581 – 1643)
1636 – 1645 Anthony van Diemen (1593 – 1645)
1645 – 1650 Cornelis van der Lijn (1608 – ?)
1650 – 1653 Carel Reyniersz (1604 – 1653)
1653 – 1678 Joan Maetsuycker (1606 – 1678)
1678 – 1681 Rijkloff van Goens (1619 – 1682)
1681 – 1684 Cornelis Janszoon Speelman (1628 – 1684)
1684 – 1691 Joannes Camphuys (1634 – 1695)
1691 – 1704 Willem van Outhoorn 1635 – 1720)
1704 – 1709 Joan van Hoorn (1653 – 1713)
1709 – 1713 Abraham van Riebeeck (1653 – 1713)
1713 – 1718 Christoffel van Swoll (1663 – 1718)
1718 – 1725 Hendrick Zwaardecroon (1667 – 1728)
1725 – 1729 Mattheus de Haan (1663 – 1729)
1729 – 1732 Diederik Durven (1676 – 1740)
1732 – 1735 Dirk van Cloon (1684 – 1735)
1735 – 1737 Abraham Patras (1671 – 1737)
1737 – 1741 Adriaen Valckenier (1695 – 1751)
1741 – 1743 Johannes Thedens (1680 – 1748)
1743 – 1750 Gustaaf Willem, Baron van Imhoff (1705 – 1750)
1750 – 1761 Jacob Mossel (1704 – 1761)
1761 – 1775 Petrus Albertus van der Parra (1714 – 1775)
1775 – 1777 Jeremias van Riemsdijk (1712 – 1777)
1777 – 1780 Reinier de Klerk (1710 – 1780)
1780 – 1796 Willem Arnold Alting (1724 – 1800)
1796 – 1801 Pieter Gerardus van Overstraten (1755 – 1801)
1801 – 1805 Johannes Siberg (1740 – 1817)
1805 – 1808 Albertus Henricus Wiese (1761 – 1810)
1808 – 1811 Herman Willem Daendels (1762 – 1818)
1811 – 1811 Jan Willem Janssens (1762 – 1838)
MASA PERALIHAN INGGRIS
1811 – 1816 Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826)
1816 John Fendall (1762 – 1825)
KOMISARIS JENDRAL
1814 – 1816 C. Th. Elout (1767 – 1841) dan A.A. Buyskes (1771 – ?)
GUBERNUR JENDRAL HINDIA BELANDA
1816 – 1826 Godert Alexander Gerard Philip, Baron van der Capellen (1778 – 1848)
1826 – 1830 Leonard Pierre Joseph, Burggraaf du Bus de Gisignies (1780 – 1849)
1830 – 1834 Johannes van den Bosch (1780 – 1839)
1834 – 1836 Jean Chretien Baud (1789 – 1859)
1836 – 1840 Dominique Jacques (de) Eerens (1781 – 1840)
1841 – 1844 Pieter Merkus (1787 – 1844)
1845 – 1851 Jan Jacob Rochussen (1797 – 1871)
1851 – 1856 Albertus Jacobus Duijmaer van Twist (1809 – 1887)
1856 – 1861 Chrales Ferdinand Pahud (1803 – 1873)
1861 – 1866 Ludolf Anne Jan Wilt, Baron Sloet van de Beele (1806 – 1890)
1866 – 1872 Pieter Meijer (1812 – 1881)
1872 – 1875 James Loudon (1824 – 1884)
1875 – 1881 Johan Wilhelm van Lansberge (1830 – 1905)
1881 – 1884 Frederik s’Jacob (1822 – 1901)
1884 – 1888 Otto van Rees (1823 – 1892)
1888 – 1893 Cornelis Pijnacker Hordijk (1847 – 1908)
1893 – 1899 Jhr. Carel Herman Aart van der Wijck (1840 – 1914)
1899 – 1905 Willem Rooseboom (1843 – 1920)
1905 – 1909 Johannes Benedictus van Heutsz (1851 – 1924)
1909 – 1916 Alexander Willem Frederik Idenburg (1861 – 1935)
1916 – 1921 Jean Paul, Graaf van Limburg Stirum (1873 – 1958)
1921 – 1926 Dirk Fock (1858 – 1941)
1926 – 1931 Jhr. Andries Cornelis Dirk de Graeff (1872 – 1957)
1931 – 1936 Jhr. Bonifacius Cornelis de Jonge (1875 – 1958)
1936 – 1945 Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1888 – 1978).
LETNAN GUBERNUR JENDRAL
1941 – 1942 Hubertus Johannes van Mook (1894 – 1965)
1944 – 1948 Hubertus Johannes van Mook (1894 – 1965)
BUPATI JAWA DARI MILITER JEPANG
1942 Imamura Hitoshi
1942 – 1944 Harada Kumakichi
1944 – 1945 Yamamoto Moichiro
PERWAKILAN TINGGI TAHTA BELANDA (HIGH COMMISSIONER)
1948 – 1949 Louis Joseph Maria Beel (1902 – 1977)
1949 Antonius Hermanus Johannes Lovink (1902 – 1995)
GUBERNUR WEST NEW GUINEA (IRIAN JAYA)
1950 – 1953 Simon L. Van Waardenburg
1953 – 1958 Jan van Baal
1958 – 1962 Pieter J. Plateel (1911 – 1978)
sumber bacaan :
Robert Cribb & Audrey Kahin: Kamus Sejarah Indonesia. Komunitas Bambu, Jakarta, 2012.
Mona Lohanda: Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia. Masup Jakarta, 2007.
C.R. Boxer: Jan Kompeni – Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602 – 1799. Sinar Harapan, 1983.
Willard A. Hanna: Hikayat Jakarta. YOI, 1988.
Wednesday, 22 April 2015
Kongsi dagang yang pernah ada di Nusantara
VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie)
merupakan sebuah perusahaan saham-gabungan dari para investor, yang diberikan Royal Charter oleh Elizabeth I pada 31 Desember 1600, dengan tujuan untuk menolong hak perdagangan di India. Royal Charter (Piagam Kerajaan) secara efektif memberikan perusahaan yang baru berdiri ini sebuah monopoli dalam seluruh perdagangan di Hindia Timur. Perusahaan berubah dari sebuah gabungan perdagangan komersial ke salah satu yang memerintah India ketika perusahaan ini mengambil fungsi pemerintahan dan militer tambahan, sampai pembubarannya pada 1858. Adam Smith menulis, "Perbedaan antara konstitusi Britania yang jenius yang melindungi dan memerintah Amerika Utara, dan dari yang perusahaan perdagangan menekan dan mendominasi Hindia Timur, tidak dapat mungkin dapat digambarkan dari perbedaan "state" dari negara-negara tersebut."
Atas
prakarsa dari dua tokoh Belanda, yaitu : Pangeran Maurits dan Johan van
Olden Barnevelt, pada tahun 1602 kongsi-kongsi dagang Belanda
dipersatukan menjadi sebuah kongsi dagang besar yang diberi nama VOC
(Verenigde Oost Indische Compagnie) atau Persekutuan Maskapai
Perdagangan Hindia Timur. Pengurus pusat VOC terdiri dari 17 orang. Pada
tahun 1602 VOC membuka kantor pertamanya di Banten yang dikepalai oleh
Francois Wittert. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah :
a. Untuk menghindari persaingan tidak sehat antara sesama pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.
b. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.
c. Untuk membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, oleh pemerintah Belanda VOC diberi hak-hak istimewa yang dikenal sebagai Hak Octroi yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Monopoli perdagangan
2. Mencetak dan mengedarkan uang
3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri
6. mendirikan benteng
7. menyatakan perang dan damai
8. mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat
Untuk
mendapatkan keuntungan yang besar VOC menerapkan monopoli perdagangan.
Bahkan pelaksanaan monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada
pelaksanaan monopoli bangsa Portugis. Peraturan-peraturan yang
ditetapkan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain
sebagai berikut :
1. Verplichte Leverantie
2. Contingenten
3. Ekstirpasi
4. Pelayaran Hongi
East India Company
merupakan sebuah perusahaan saham-gabungan dari para investor, yang diberikan Royal Charter oleh Elizabeth I pada 31 Desember 1600, dengan tujuan untuk menolong hak perdagangan di India. Royal Charter (Piagam Kerajaan) secara efektif memberikan perusahaan yang baru berdiri ini sebuah monopoli dalam seluruh perdagangan di Hindia Timur. Perusahaan berubah dari sebuah gabungan perdagangan komersial ke salah satu yang memerintah India ketika perusahaan ini mengambil fungsi pemerintahan dan militer tambahan, sampai pembubarannya pada 1858. Adam Smith menulis, "Perbedaan antara konstitusi Britania yang jenius yang melindungi dan memerintah Amerika Utara, dan dari yang perusahaan perdagangan menekan dan mendominasi Hindia Timur, tidak dapat mungkin dapat digambarkan dari perbedaan "state" dari negara-negara tersebut."
Compagnie Des Images
adalah sebuah kongsi dagang perancis. maaf saya belum menemukan detil lengkapnya untuk yang satu ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)